Peningkatan Produksi Ubi Kayu Berbasis Kawasan di Provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan
DOI:
https://doi.org/10.21082/akp.v14i2.125-148Keywords:
cassava, cluster, gap, opportunities, share, ubi kayu, kawasan, peluang, senjangAbstract
Decree of Minister of Agriculture (Kepmentan) No. 03/2015 deals with the development of cassava clusters in 20 regencies in Indonesia. This study aimed to analyze production shares and dynamics, constraints, and opportunities to improve production, and efforts to improve cassava production in cassava clusters of West Java and South Sulawesi. The study was done in Bandung, Sumedang (West Java), and Maros (South Sulawesi) Regencies, using both secondary and primary data, during April−October 2015. Analysis of production increase opportunities was done using a linear regression, whilst that of cassava productivity increase problems in those regencies of cassava clusters was carried out using Importance-Performance Analysis (IPA). Data of the study consist of both primary and secondary. The number of respondents was 10 persons at the district level, while at the village level was 15 persons. Results of the study showed that regencies established as cassava clusters generally had relatively high production share of total cassava production at the provincial level. Furthermore, not all district-producing centers have opportunities to increase cassava productivity because it is already close to its potential. However, efforts to increase production in cassava clusters should be conducted by increasing productivity due to land competition with other commodities. In developing the cassava cluster, preparation of an Action Plan at the regency-level is an important step to take.
Abstrak
Kepmentan No. 03/2015 menetapkan pengembangan kawasan ubi kayu di 20 kabupaten di Indonesia. Tulisan ini bertujuan menganalisis pangsa dan dinamika produksi, kendala dan peluang peningkatan produksi, serta upaya peningkatan produksi ubi kayu pada kawasan ubi kayu Provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.Ã Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung, Sumedang (Jawa Barat), dan Maros (Sulawesi Selatan) pada bulan April−Oktober 2015. Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder. Jumlah responden di tingkat kecamatan sebanyak 10 responden, sedangkan di tingkat desa sebanyak 15 responden. Analisis peluang peningkatan produksi dilakukan dengan regresi linier, sedangkan analisis masalah teknis peningkatan produktivitas dilakukan dengan menggunakan metode Importance-Performance Analysis (IPA). Hasil analisis menunjukkan bahwa kabupaten yang ditetapkan sebagai kawasan ubi kayu umumnya memiliki pangsa produksi relatif besar terhadap total produksi ubi kayu di tingkat provinsi. Namun, tidak semua kecamatan sentra di kabupaten kawasan ubi kayu memiliki peluang peningkatan produktivitas karena produktivitas ubi kayu yang dicapai petani telah sangat mendekati potensinya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan produksi ubi kayu di kabupaten kawasan ubi kayu akan lebih efektif jika ditempuh melalui peningkatan luas tanam. Namun, pendekatan luas tanam tersebut tidak efisien bagi upaya peningkatan produksi komoditas pangan secara keseluruhan karena persaingan lahan usaha tani dengan komoditas lainnya. Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi di kabupaten kawasan ubi kayu seyogianya lebih diutamakan melalui peningkatan produktivitas. Dalam rangka pengembangan kawasan ubi kayu, penyusunan Rencana Aksi di tingkat kabupaten merupakan langkah penting yang harus ditempuh.
Downloads
References
Agustian A. 2015. Pengembangan bioenergi di sektor pertanian: potensi dan kendala pengembangan bioenergi berbahan baku ubi kayu. Anal Kebijak Pertan. 13(1):19-38. Juga tersedia dari: http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/akp/article/view/4220/3560
Agustian A, Friyatno S. 2015. Potensi dan kendala pengembangan bioenergi (bioetanol) berbahan baku ubi kayu di Provinsi Lampung. Dalam: Syahyuti, Susilowati SH, Agustian A, Friyatno S, editors. Pertanian-bioindustri berbasis pangan lokal potensial. Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34; 2014 Nov 4; Makassar, Indonesia. Jakarta (ID): IAARD Press. hlm. 297-306.
Asriani PS. 2011. Analisis daya saing ekspor ubikayu Indonesia. Agroland. 18(1):65-70.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016a. Produksi ubi kayu menurut provinsi, 1993–2015 [Internet]. [diunduh 2016 Agu 3]. Tersedia dari: https:// www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/880
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016b. Luas panen ubi kayu menurut provinsi, 1993–2015. [Internet]. [diunduh 2016 Agu 3]. Tersedia dari: https:// www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/879
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2011–2015a. Jawa Barat dalam angka 2011–2015. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2011–2015b. Database luas panen dan produksi ubi kayu per kecamatan di Provinsi Jawa Barat 2010–2014. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. 2011–2015a. Sulawesi Selatan dalam angka 2011–2015. Makassar (ID): Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. 2015b. Database luas panen dan produksi ubi kayu per kecamatan di Provinsi Sulawesi Selatan 2010–2014. Makassar (ID): Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.
Edet MA, Tijani-Eniola H, Lagoke STO, Tarawali G. 2015. Relationship of cassava growth parameters with yield, yield related components and harvest time in Ibadan, Southwestern Nigeria. J Nat Sci Res. 5(9):87-92.
Ezekiel AA, Olawuyi SO, Ganiyu MO, Ojedokun IK, Adeyemo S. 2012. Effects of climate change on cassava productivity in Ilesa – east local government area, Osun State, Nigeria. British J Arts Soc Sci. 10(II):153-162. Also available from: http://www.bjournal.co.uk/BJASS.aspx
Faizah AA, Santoso EB. 2013. Arahan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Sampang. J Tek Pomits. 2(2):C-197-C-199.
Hamdani KK, Permadi K. 2015. Pemupukan tanaman ubikayu berdasarkan metode perangkat uji tanah kering dalam meningkatkan produksi. Agros. 17(1):81-87.
Heriyanto. 2008. Preferensi petani dan penyebaran varietas unggul ubikayu di Jawa Timur. Agritek. 17(06):19-28.
Idaryani. 2015. Teknologi produksi ubi kayu melalui sistem integrasi tanaman-ternak sebagai sumber bahan baku bioetanol. Dalam: Syahyuti, Susilowati SH, Agustian A, Friyatno S, editors. Pertanian-bioindustri berbasis pangan lokal potensial. Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34; 2014 Nov 4; Makassar, Indonesia. Jakarta (ID): IAARD Press. hlm. 491-499.
[Kepmentan] Keputusan Menteri Pertanian nomor 03/Kpts/PD.120/1/2015 tentang penetapan kabupaten/kota sebagai kawasan padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu. 2015. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian RI.
Krisdiana R. 2016. Penyebaran, preferensi, dan kontribusi ekonomi varietas unggul ubikayu di Jawa Tengah. Dalam: Rahmianna AA, Sholihin, Nugrahaeni N, Taufiq A, Suharsono, Saleh N, Ginting E, Rozi F, Tastra IK, Hermanto, et al., editors. Peran inovasi teknologi aneka kacang dan umbi dalam mendukung program kedaulatan pangan. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2015; 2015 Mei 19; Malang, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. hlm. 561-568.
Mathias L, Kabambe VH. 2015. Potential to increase cassava yields through cattle manure and fertilizer application: results from Bunda College, Central Malawi. Afr J Plant Sci. 9(5):228-234.
Odedina J, Ojeniyi S, Odedina S, Fabunmi T, Olowe V. 2015. Growth and yield responses of cassava to poultry manure and time to harvest in rainforest agro-ecological zone of Nigeria. Int J Agr Sci Nat Resour. 2(3):67-72.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian nomor 50/Permentan/OT.140/8/2012 tentang pedoman pengembangan kawasan pertanian. 2012. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian RI.
Piyachomkwan K, Tanticharoen M. 2011. Cassava industry in Thailand: prospects. J R Inst Thai. 3:160-170.
Qurrahman BFT, Suriadikusuma A, Haryanto R. 2014. Analisis potensi kerusakan tanah untuk produksi ubi kayu (Manihot utilisima) pada lahan kering di Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang. J Agro. 1(1):22-32.
Radjit BS, Saleh N, Subandi, Ginting E. 2008. Teknologi produksi ubi kayu mendukung industri bioetanol. Bul Palawija. 16:57-66.
Radjit BS, Widodo Y, Saleh N, Peasetiaswati N. 2014. Teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan usaha tani ubikayu di lahan kering ultisol. Iptek Tanam Pangan. 9(1):51-62.
Saleh N. 2012. Pengendalian hama penyakit terpadu pada ubikayu. Iptek Pertanian Seri 1. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Saleh N, Widodo Y. 2007. Profil dan peluang pengembangan ubi kayu di Indonesia. Bul Palawija. 14:69-78.
Setiyanto A, Irawan B, Suwandi. 2015. Bab 2, Tujuan dan manfaat pengembangan kawasan pertanian. Dalam: Manajemen pengembangan kawasan pertanian. Jakarta (ID): Sekretariat Jenderal, Biro Perencanaan.
Sopheapa U, Patanothaib A, Aye TM. 2012. Unveiling constraints to cassava production in Cambodia: an analysis from farmers’ yield variations. Int J Plant Prod. 6(4):409-427.
Sugino T, Mayrowani H. 2009. The determinants of cassava productivity and price under the farmers’ collaboration with the emerging cassava processors: a case study in East Lampung, Indonesia. J Dev Agr Econ. 1(5):114-120. Also available online from: http://www.academicjour nals.org/JDAE
Sundari T. 2010. Pengenalan varietas unggul dan teknik budi daya ubi kayu. Malang (ID): Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.
Sundari T, Yulifianti R. 2011. Karakteristik agronomis dan fisiko-kimia ubi kayu umur genjah. Penelit Pertan Tanam Pangan. 30(3):210-218.
Wahyuni TS. 2015. Pertumbuhan tanaman dan toleransi aksesi ubikayu pada kondisi kekeringan. Dalam: Kasno A, Adie MM, Rahmianna AA, Heriyanto, Suharsono, Yusnawan E, Tastra IK, Ginting E, Iswanto R, Harnowo D, editors. Inovasi teknologi tanaman aneka kacang dan umbi untuk mewujudkan sistem pertanian bioindustri berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2014; 2014 Jun 5; Malang, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. hlm. 747-758.