Kebutuhan dan Ketersediaan Lahan Cadangan Untuk Mewujudkan Cita-Cita Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia Tahun 2045

Authors

  • Anny Mulyani Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
  • Fahmuddin Agus Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

DOI:

https://doi.org/10.21082/akp.v15i1.1-17

Keywords:

extensification, food self-sufficiency, land cover, idle land, shrub, land conversion, ekstensifikasi, swasembada pangan, tutupan lahan, lahan telantar, semak belukar, konversi lahan

Abstract

Arable land availability for agricultural extensification is a determining factor to achieve Indonesia's food self-sufficiency and to become the world food supplier in 2045. This study aimed to evaluate land reserves for future agricultural development. Spatial analysis was conducted using land cover map, peatland distribution map, indicative map of suspension of new permits, forest status map, licensing map, and agricultural land use recommendation map. The land assumed to be potentially available should be (i) idle land covered by shrub as well as bare land, (ii) agronomically suitable for agriculture, (iii) within the designated area of non-forest uses (APL), conversion production forest (HPK), or production forest (HP), (iv) outside the moratorium area, and (v) outside the licensed area. Analysis results show that out of 29.8 million hectares of idle land, only about 7.9 million hectares are potentially available for future agricultural extensification. The available potential land area is much less than that required to meet the self-sufficiency target and to become the world food storage by 2045, i.e. of 5.3 million hectares for rice crop, shallot and sugar cane, and about 10.3 million hectares for upland rice, maize, soybean, peanut, mungbean, sugar cane, shallot, cassava, and sweet potato. Therefore, the main strategies to take are intensification of existing agricultural land and a strict control of agricultural land conversion.

 

Abstrak

Ketersediaan lahan untuk ekstensifikasi lahan pertanian menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan untuk mempertahankan swasembada pangan dan untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia menjelang tahun 2045. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi cadangan lahan yang tersedia untuk pengembangan areal pertanian ke depan. Analisis spasial dilakukan menggunakan peta tutupan lahan, peta sebaran lahan gambut, peta indikatif penundaan pembukaan izin baru, peta status kawasan hutan, peta perizinan, dan peta arahan tata ruang pertanian. Lahan yang diasumsikan potensial tersedia adalah lahan yang (i) lahan telantar yang ditutupi semak belukar dan lahan terbuka, (ii) secara agronomis sesuai untuk pertanian, (iii) berada pada peruntukan kawasan areal penggunaan lain (APL), hutan produksi konversi (HPK), hutan produski (HP), (iv) berada di luar areal moratorium, dan (v) berada di luar areal yang sudah memiliki perizinan. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari sekitar 29,8 juta ha lahan telantar, hanya sekitar 7,9 juta ha yang berpotensi tersedia untuk ekstensifikasi pertanian masa depan. Luas lahan potensial tersedia ini jauh lebih rendah dari kebutuhan lahan untuk memenuhi target swasembada dan mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia menjelang 2045 yaitu 5,3 juta ha untuk padi sawah, bawang dan tebu dan sekitar 10,3 juta ha untuk padi gogo, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, tebu, bawang merah, ubi jalar, ubi kayu. Oleh karena itu, strategi utama yang harus ditempuh adalah intensifikasi lahan pertanian eksisting dan pengendalian konversi lahan pertanian secara ketat.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Agus F, Nurida NL, Maswar, Wahyunto, Subiksa IGM, Husnain, Nursyamsi D. 2016. Using peat shrub for agriculture likely reduces CO2 emission and improves local livelihood. Proceeding 15th International Peat Congress 2016. Peatlands in Harmony Agriculture. 2016 August 15-19; Kuching, Sarawak, Malaysia.

Agus F, Husnain, Yustika RD. 2015. Improving agricultural resilience to climate change through soil management. J Litbang Pertan. 34(4):147-158.

Agus F, Widianto. 2004. Petunjuk praktis konservasi tanah lahan kering. Bogor (ID): World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia. 102 hal.

Azadi H, Ho P, Hasfiati L. 2010. Agricultural land conversion drivers: a comparison between less developed, developing and developed countries. Land degradadation and development. [cited 29 Maret 2017] Wiley Online Library (wileyonlinelibrary.com) DOI: 10.1002/ldr.1037.

[BBSDLP] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2011. Petunjuk teknis evaluasi lahan untuk komoditas pertanian. Bogor (ID): Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2003. Sensus pertanian. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Indonesia dalam angka 2016. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.

[BPN] Badan Pertanahan Nasional. 2012. Peta Penggunaan Lahan skala 1:250.000. Jakarta (ID): Badan Pertanahan Nasional.

Cai X, Zhang X, Wang D. 2010. Land availability for biofuel production. environ. Sci. Technol. 45:334–339.

Dariah A dan N. Heryani. 2014. Pemberdayaan Lahan Kering Suboptimal Untuk Mendukung Kebijakan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan. J Sumberdaya Lahan Edisi Khusus, Desember 2014:1-16

Daulay AR, Putri EIK, Barus B, Noorachmat BP. 2016. Analisis faktor penyebab alih fungsi lahan sawah menjadi sawit di kabupaten tanjung jabung timur. Anal Kebijak Pertan. 14(1):1-15

[Ditjen PSP] Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 2013. Potensi alih fungsi lahan akibat tidak ditetapkan LP2B dalam RTRW kabupaten/kota. Bahan tayang Ditjen PSP. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

Ditjen Tanaman Pangan. 2016. Kebutuhan produski, konversi, dan kebutuhan lahan untuk perluasan areal sawah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta (ID): (Tidak dipublikasi).

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2011. The state of the world’s land and water resources for food and agriculture (SOLAW)–Managing systems at risk. London (UK): Rome and Earthscan. Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Gunarso P, Hartoyo ME, Agus F, Killeen T.J. 2013. Oil palm and land use change in Indonesia, Malaysia and Papua New Guinea. Roundtable on Sustainable Palm Oil (RspO), Kuala Lumpur, Malaysia. [cited: 20 Nov. 2013]. http:// www.rspo.org/file/GHGWG2/4_oil_palm_and_land_use_change_Gunarso_et_al.pdf

Grassini P, van Bussel LG, Van Wart J, Wolf J, Claessens L, Yang H, Boogaard H, de Groot H, van Ittersum MK, Cassman KG. 2015. How good is good enough? Data requirements for reliable crop yield simulations and yield-gap analysis. Field Crops Research, 177:49–63.

Ilmiawan. 2016. Analisis faktor penyebab tanah telantar di daerah transmigrasi desa waode angkalo kabupaten buton utara. Tesis S2 Universitas Gadjah Mada. [cited: 29 Maret 2017] Available from: http://etd.repository.ugm.ac.id/ index.php?act=view&buku_id=98416&mod=penelitian_detail⊂=PenelitianDetail&typ=html

Irawan B. 2005. Konversi lahan sawah: potensi dampak, pola pemanfaatannya dan faktor determinan. Forum Penelit Agro Ekon. 23(1):1-18.

Jokowi-Jusuf Kala. 2014. Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian. Visi, Misi, dan Program Aksi Jokowi-Jusuf Kala, 2014. Jakarta, Mei 2014.

Kartiwa B, Surmaini E, Sosiawan H, dan Rejekiningrum P. 2013. Dampak perubahan iklim terhadap keragaan sumber daya air. In Haryono, S., E. Pasandaran, M. Syarwani A. Dariah, S.M. Pasaribu, N.S. Saad. (eds.). Politik Pembangunan Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim. Bogor(ID): IAARD Press.

[Kimpraswil] Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2003. Proyeksi keadaan neraca air pada MK tahun 2020.Laporan Sub Direktorat Hidrologi. Kementerian PUPR. Jakarta (ID): Permukiman dan Prasarana Wilayah

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2016. Basis Data Statistik Pertanian. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian. (https://aplikasi.pertanian.go.id/bdsp/ newkom.asp)

[KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2013. Peta Status Kawasan Hutan di Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Planologi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

[KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2015. Peta Spasial Tutupan lahan Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Planologi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

[KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2016. Peta indikatif penundaan pemberian izin baru. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Planologi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. [cited 2016 April 24]. Tersedia pada: http://webgis.dephut.go.id:8080/kemenhut/ index.php/id/peta/pippib/61-pippib/319-peta-indika tif-penundaan-pemberian-izin-baru-rev isi-xi-

Kurniawan, HY. 2015. Tinjauan yuridis pemanfaatan tanah terindikasi telantar untuk kegiatan produktif masyarakat (meningkatkan taraf perekonomian) ditinjau dari pp no. 11 tahun 2010 tentang pemanfaatan dan pendayagunaan tanah telantar. J Mahasiswa S2 Hukum Untan. 1(1). [cited: 29 Maret 2017]. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/ nestor/article/view/9217

Lambin E dan Meyfroidt P. 2011. Global land use change, economic globalization, and the looming land scarcity. PNAS. 108(9):3465–3472. doi: 10.1073/pnas.1100480108.

Mulyani A, Priyono A, Agus F. 2013. Chapters 24: Semiarid Soils of Eastern Indonesia: Soil Classification and Land Uses. Developments in Soil Classification, Landuse Planning and Policy Implications. London (UK): Springer.p449-466.

Mulyani A, Sarwani M. 2013. Karakteristik dan potensi lahan sub optimal untuk pengembangan pertanian di indonesia. J Sumberd Lahan. 2:47-56.

Mulyani A, Nursyamsi D, Las I. 2014. Percepatan pengembangan pertanian lahan kering beriklim kering di Nusa Tenggara. J Pengemb Inov Pertan. 7(4):187-198.

Mulyani A. 2016. Potensi ketersediaan lahan kering mendukung perluasan areal pertanian pangan. Dalam: Pasandaran E, Heriawan R, Syakir M, Editors. Sumberdaya lahan dan air, prospek pengembangan dan pengelolaan. Bogor(ID): IAARD Press.

Mulyani A, Kuncoro D, Nursyamsi D, Agus F. 2016. Analisis konversi lahan sawah: penggunaan data spasial resolusi tinggi memperlihatkan laju konversi yang mengkhawatirkan. J Tanah dan Iklim. 40(2):43-55.

Mulyani A, Nursyamsi D, Syakir M. 2017. Strategi pemanfaatan sumberdaya lahan untuk pencapaian swasembada beras permanen. Dalam proses penerbitan di J Sumberd Lahan. 11(1):11-22.

Pasandaran E. 2006. Alternatif kebijakan pengendalian konversi lahan sawah beririgasi di Indonesia. J Litbang Pertan. 25(4):123-129.

Pasandaran E. 2006. Prospek ketersediaan sumberdaya lahan dan air untuk mendukung ketahanan pangan. Dalam Pasandaran E, Sayaka B. dan Pranaji T (Penyunting), Buku Pengelolaan Lahan dan Air di Indonesia. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian.

Pasandaran E, Suherman. 2015. Kebijakan investasi dan pengelolaan sumberdaya lahan mendukung kemandirian pangan. Dalam: Pasandaran E, Muchjidin, Hermanto R, Ariani M, Sumedi, Suradisastra K, Haryono, Editors. Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan. Bogor (ID): IAARD Press.

Pemerintah RI. 1960. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Presiden Republik Indonesia, 24 September 1960. Jakarta.

Prasetyo BH, Suradikarta DA. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaantanah Ultisols untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. J Penelit dan Pengemb Pertan. 25(2):39-46.

[Pusdatin] Pusat Data dan Sistem Informasi. 2014. Statistik penggunaan lahan pertanian 2009-2013. Jakarta (ID): Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. http://www. pertanian.go.id/file/Statistik_Lahan_2014.pdf.

[Puslitbangtanak] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2001. Atlas arahan tata ruang pertanian Indonesia skala 1:1.000.000. Bogor(ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

[Puslitbangtanak] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2003. Atlas peta pewilayahan komoditas pertanian Indonesia skala 1:1.000.000. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Rangkuti PA. 2009. Strategi komunikasi membangun kemandirian pangan. J Litbang Pertan. 28(2):39-45.

Ritung S, Las I, Amien I. 2010. Kebutuhan lahan sawah untuk kecukupan produksi bahan pangan periode 2010-2050. Analisis Sumberdaya Lahan Menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Ritung S, Suryani E, Subardja D, Sukarman, Nugroho K, Suparto, Hikmatullah, Mulyani A, Tafakresnanto C, Sulaeman Y, Subandiono RE, Wahyunto, Ponidi, Prasojo N, Suryana U, Hidayat H, Priyono A, Supriatna W. 2015. Sumberdaya lahan pertanian indonesia: luas, penyebaran, dan potensi ketersediaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Penelitian. Jakarta (ID): IAARD Press.

Ritung S, Las I, Amien LI. 2010. Kebutuhan lahan sawah (irigasi, tadah hujan, rawa pasang surut) untuk kecukupan produksi bahan pangan tahun 2010 sampai tahun 2050. Buku Analisis Kecukupan Sumber Daya Lahan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Hingga Tahun 2050. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian.

Rusastra IW, Suryadi M. 2004. Ekonomi tenaga kerja pertanian dan implikasinya dalam peningkatan produksi dan kesejahteraan buruh tani. J Litbang Pertan. 23(3):92-99.

Simatupang P. 2007. Analisis kritis terhadap paradigma dan kerangka dasar kebijakan ketahanan pangan nasional. Forum Penelit Agro Ekon. 25(1):1-18.

Subagyo H, Suharta N, Siswanto AB. 2000. Tanah-tanah Pertanian di Indonesia. Dalam A. Adimihardja, L.I. Amien, F. Agus, D. Djaenudin (Editors). Sumberdaya lahan indonesia dan pengelolaannya. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Sukarman, Suharta N. 2010. Kebutuhan lahan kering untuk kecukupan produksi bahan pangan periode 2010-2050. Analisis sumberdaya lahan menuju ketahanan pangan berkelanjutan. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sumarno dan Hidayat JR. 2007. Perluasan areal padi gogo sebagai pilihan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Iptek Tanam Pangan. 2(1):26-40.

Sumarno, Adie MM. 2010. Strategi pengembangan produksi menuju swasembada kedelai berkelanjutan. Iptek Tanam Pangan. 5(1):49-63.

Suryana A. 2008. Menelisik ketahanan pangan, kebijakan pangan, dan swasembada beras. J Pengemb Inov Pertan. 1(1):1-16.

Sutomo S. 2004. Analisa Data Konversi dan Prediksi Kebutuhan Lahan. Hal 135-149 Dalam Hasil Round Table II Pengendalian Konversi dan Pengembangan Lahan Pertanian. Direktorat Perluasan Areal, Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Sudaryanto T, Kustiari R, Saliem HP. 2010. Perkiraan Kebutuhan Pangan Tahun 2010-2050. Hal. 1-24 In Buku Analisis Kecukupan Sumber Daya Lahan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Hingga Tahun 2050. Badan Litbang Pertanian, Jakarta

Syahbuddin H, Surmaini E, Estiningtyas W. 2015. Pembangunan pertanian berbasis ekoregion dari perpekstif keragaman iklim. Dalam: Pasandaran E, Nursyamsi D, Suradisastra K, Mardianto S, Haryono (Editors). Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion. Jakarta (ID): IAARD Press.

Wahyunto, Supriatna W, Agus F. 2010. Land Use Change and Recommendation for BersSustainable Development of Peatland for Agriculture: Case Study at Kubu Raya and Pontianak Districts, West Kalimantan. Indonesian J of Agricultural Science. 11(1):32-40

Wahyunto, Ritung S, Nugroho K, Sulaeman Y, Hikmatullah, Tafakresno C, Suparto, Sukarman. 2013. Atlas lahan gambut terdegradasi di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian.

Wahyunto dan Dariah A. 2013. Pengelolaan lahan gambut tergedradasi dan telantar untuk mendukung ketahanan pangan. Dalam: soeparno H, Pasandaran E, Syarwani M, Dariah A, Pasaribu SM, Saad NS (Editors). Politik Pengembangan Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

Winoto J. 2005. Kebijakan Pengendalian alih fungsi tanah pertanian dan implementasinya. Seminar Sehari Penanganan Konversi Lahan dan Pencapaian Lahan Pertanian Abadi. Jakarta, 13 Desember 2005.

Downloads

Published

25-01-2023

How to Cite

1.
Mulyani A, Agus F. Kebutuhan dan Ketersediaan Lahan Cadangan Untuk Mewujudkan Cita-Cita Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia Tahun 2045. Analisis Kebijak. Pertan. [Internet]. 2023 Jan. 25 [cited 2025 May 2];15(1):1-17. Available from: https://epublikasi.pertanian.go.id/berkala/index.php/akp/article/view/865