Kredit Ketahanan Pangan dan Energi: Implementasi dan Persepsi oleh Petani Padi
DOI:
https://doi.org/10.21082/akp.v15i2.99-112Keywords:
subsidy, interest rate, credit, farmers' perception, bunga bank, kredit, subsidi, persepsi petaniAbstract
Agricultural sector is the government's priority through fiscal policies. One of the policies implemented is the interest rate subsidy for Food and Energy Security Credit Program (KKP-E). Some Banks had been appointed and in collaboration with the government to provide KKP-E. KKP-E program had lower interest rate than the market rate and it was expected that the farmers could access it. KKP-E was intended to meet the needs of agricultural equipment and farm inputs purchase. Since the program rolled out from 2008 to 2015, the implementation of KKP-E was below the credit limit. This study aimed to analyze the KKP-E implementation, farmers' perspectives of KKP-E, and change from KKP-E to KUR (People's Business Credit) for Agricultural Sector. Results of the study showed that KKP-E disbursement was relatively low. KKP-E distribution channels needed enhancement and the credit could not satisfy all farm business. Farmers did not receive KKP-E from the bank on time. Continuity of subsidized credit was important for farmers. Basic scheme of KKP-E program should be applied to KUR for Agricultural Sector. The government and the Banks need to be more actively in socializing the program, to improve financial education, to utilize more advanced technology, and to simplify bureaucracy.
Abstrak
Pemerintah berusaha untuk membangun sektor pertanian melalui berbagai instrumen kebijakan fiskal. Salah satu kebijakan yang telah digulirkan adalah subsidi bunga Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Pemerintah bekerjasama dengan bank pelaksana menyediakan KKP-E. Petani diharapkan dapat mengakses KKP-E karena tingkat bunganya lebih rendah dari pasar. KKP-E digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembelian peralatan pertanian dan input usaha taninya. Sejak digulirkan pada tahun 2008 sampai dengan 2015, realisasi penyaluran KKP-E masih jauh di bawah plafon kredit, dan realisasi subsidi bunga tidak efisien pada tahun-tahun awal digulirkannya subsidi bunga KKP-E. Penelitian ini bermaksud menganalisis secara diskriptif implementasi KKP-E, perspektif usaha tani terhadap KKP-E, dan perubahan KKP-E menjadi KUR (Kredit Usaha Rakyat) sektor pertanian. Data di lapangan menunjukkan bahwa jangkauan KKP-E masih rendah, saluran distribusi KKP-E perlu ditambah, terjadi fungibility penggunaan KKP-E, pinjaman KKP-E belum dapat memenuhi semua kebutuhan usaha tani, dan pencairan KKP-E masih lama dan tidak tepat waktu. Usaha tani menginginkan agar skim kredit dengan subsidi bunga dapat dilanjutkan di masa yang akan datang. Kemudahan-kemudahan yang ada pada KKP-E hendaknya diterapkan pada KUR sektor pertanian. Pemerintah bersama bank pelaksana perlu lebih masif melakukan sosialisasi dan edukasi keuangan dengan memanfaatkan teknologi yang lebih maju dan menyederhanakan birokrasi.
Downloads
References
Akram W, Hussain Z, Sial MH, Hussain I. 2008. Agricultural credit constraints and borrowing behavior of farmers in Rural Punjab. European J of Scien Research. 23(2):294-304.
[BI] Bank Indonesia. 2014. Booklet inklusi keuangan. Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM. Jakarta (ID): Bank Indonesia.
Coenly TG, Udry CR. 2003. Learning about a new technology: pineaple in Ghana. Mimeo Department of Economics. Yale University. New Haven. CT
Dahri. 2015. Analisis aksessibilitas, dampak ekonomi dan tingkat pengembalian kredit program KKP-E pada peternakan sapi di Jawa Tengah. Disertasi. Sekolah Pascasarjanan Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Dewi IS. 2016. Peranan kredit ketahanan pangan dan energi dalam peningkatan produksi dan keuntungan usaha tani padi di Kabupaten Kampar Riau. Tesis. Sekolah Pascasarjanan Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Etonihu KI, Rahman SS, Usman S. 2013. Determinats of access to agricultural credit among crop farmers in a farming community of Nasarawa State Nigeria. Academics Journals, Journal of Development and Aagricultural Economics. 5(5):192-196.
Farida. 2015. Analisis kinerja kredit usaha rakyat dan dampaknya terhadap pendapatan usaha mikro di Kabupaten Pati Jawa Tengah. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fatoki O, Smit VA. 2011. Constraints to credit access by new SMEs in South Africa: a supply-side analysis. African J of Business Management. 5(4):1413-1425.
[Kementan]. Kementerian Pertanian. 2015. Pedoman teknis kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E). Direktorat Pembiayaan Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.Pandula G. 2011. An empirical investigation of small and medium enterprise’s access to bank finance. ASBBS Annual Conference Procceding. 18(2).
Sayaka B, Rivai RS. 2011. Peningkatan akses petani terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Wiyanti S. 2013. Kucuran kredit perbankan ke sektor pertanian masih sangat rendah. Merdeka.com.
Zhao H, Wu W, Chen X. 2006. What factors affect small and mediumsized enterprise’s ability to borrow from bank: evidence from Chengdu City, Capital of South-Western China’s Sichuan Province. Business Institute Berlin at the FHW Berlin, Berlin School of Economics. Working paper No. 23.