Dampak dan Keberlanjutan Program Cetak Sawah di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah

Authors

  • Lalu Ardhian Mustapa Institut Pertanian Bogor
  • Yeti Lis Purnamadewi Institut Pertanian Bogor
  • Arya Hadi Dharmawan Institut Pertanian Bogor

DOI:

https://doi.org/10.21082/akp.v17n2.2019.123-137

Keywords:

foods security, MDS Analysis, rice fields development program, sustainability, Analisis MDS, keberlanjutan, ketahanan pangan, program cetak sawah

Abstract

One of the government's policies to realize food security is the expansion of new rice fields called the rice fields development program. Rice fields development programs carried out outside Java Island are constrained by socio-cultural factors, limited infrastructure for farming facilities, land fertility, market access, labour availability and others. This study aims to analyze the impact and evaluate the sustainability status of rice fields development program in 2016 in Katingan Regency, Central Kalimantan Province. The study was conducted in Katingan Kuala Subdistrict, Katingan Regency, Central Kalimantan Province in May - June 2018 respondent who participate in rice fields development program from the Ministry of Agriculture in 2016. Primary data were collected by interviews with questionnaires on 41 respondents who have deliberately determined farmers and program participants supported by focus group discussions with 10 key informants and observations in the field. Indicators in determining respondents were the area of rice field ownership, farming experience and skills, main income source, education level, and others. While the informant criterion was understanding the social, cultural, institutional, infrastructure and environmental conditions during rice fields development program took place. Rice field development program in Katingan Kuala District, Katingan Regency in 2016 can be implemented as planned. The impact of the rice field development program includes increasing farmers' income, expanding employment opportunities, but not damaging the environment. The increase in income does not increase the welfare of the average farmer because the increase in income only reaches 11.6%. The results of the analysis used the Rapid Appraisal for Farming (RAP-FARM), specifically the Multidimensional Scaling (MDS) approach showed a sustainability index was 54.30. It means that rice fields development program in Katingan Regency was less sustainable because the five sustainability indicators are institutional and infrastructure was less sustainable; while other aspects were quite sustainable with the highest value in the ecological aspects.

 

Abstrak

Salah satu kebijakan pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan adalah perluasan lahan sawah yang disebut dengan program cetak sawah. Program cetak sawah yang dilaksanakan di luar Pulau Jawa terkendala faktor sosial budaya, keterbatasan sarana prasarana usaha tani, kesuburan lahan, akses pasar, ketersediaan tenaga kerja dan lainnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak dan mengevaluasi status keberlanjutan cetak sawah tahun 2016 di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian dilakukan di Kecamatan Katingan Kuala Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah pada bulan Mei - Juni 2018 responden peserta program cetak sawah dari Kementerian Pertanian tahun 2016. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan kuesioner terhadap 41 responden yang ditentukan secara sengaja dan didukung focus group discussion dengan sepuluh informan kunci serta observasi di lapangan. Program cetak sawah di Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan tahun 2016 dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Dampak program cetak sawah antara lain meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, namun tidak merusak lingkungan. Peningkatan pendapatan tidak sampai meningkatkan kesejahteraan rata-rata petani karena peningkatan pendapatan hanya mencapai 11,6%. Hasil analisis menggunakan Rapid Appraisal for Farming (RAP-FARM), khususnya pendekatan Multidimensional Scaling (MDS) menunjukkan indeks keberlanjutan 54,30. Hal ini berarti program cetak sawah di Kabupaten Katingan kurang berkelanjutan karena dari lima indikator keberlanjutan, yaitu kelembagaan dan infrastruktur kurang berkelanjutan; sementara aspek lainnya cukup berkelanjutan dengan nilai tertinggi pada aspek ekologi.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Agus F. 2007. Pendahuluan. Dalam budi daya padi di sawah bukaan baru. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian.

Asdak C. 2010. Hidrologi dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Edisi Kelima. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Astuti NB, Kurniawan B, Herlinda S, Editors. 2017. Analisis pemanfaatan program pencetakan sawah baru (kasus di Nagari Siguhung, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat). Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal “Pengembangan Ilmu dan Teknologi Pertanian Bersama Petani Lokal untuk Optimalisasi Lahan Suboptimal”; 2017 Okt 19-21, Palembang, Indonesia.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010. Rencana kebijakan strategis perluasan areal pertanian baru dalam rangka mendukung prioritas nasional ketahanan pangan. Jakarta (ID): Direktorat Pangan dan Pertanian.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Evaluasi implementasi kebijakan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B). Jakarta (ID): Direktorat Pangan dan Pertanian.

[DISTANAK KALTENG] Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah. 2016. Laporan akhir survei dan investigasi calon petani calon lokasi perluasan sawah di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 Kabupaten Katingan (tidak dipublikasikan). Palangkaraya (ID): Kerjasama Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah dengan Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya.

[Ditjen PSP] Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 2016. Pedoman teknis perluasan sawah 2016. Jakarta (ID): Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.

[Ditjen PSP] Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 2016b. Alokasi dan anggaran program cetak sawah TA.2016 [tidak dipublikasikan]. Jakarta (ID): Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.

[Dit PPL] Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan. 2016. Pedoman Teknis SI-CPCL dan Pemetaan Desain Perluasan Sawah TA. 2016. Jakarta (ID): Direktorat Perluasan Dan Perlindungan Lahan, Kementerian Pertanian.

Djufry F, Kasim A. 2015. Uji adaptasi varietas unggul baru padi rawa pada lahan sawah bukaan baru di Kabupaten Merauke Provinsi Papua. J. Agrotan. 1(1): 99-109.

Irawan B. 2005. Konversi lahan sawah menimbulkan dampak negatif bagi ketahanan pangan dan lingkungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27 (6): 8-10.

Isa I. 2005. Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian. Jakarta (ID): Badan Pertanahan Nasional.

Kavanagh P, Pitcher TJ. 2004. Implementing microsoft excel software for rapfish: a technique for the rapid appraisal of fisheries status. Vancouver BC (CAN): University of British Columbia. Fisheries Centre Research Reports.

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2014. Strategi induk pembangunan pertanian 2015-2045: pertanian-bioindustri berkelanjutan solusi pembangunan Indonesia masa depan. Jakarta (ID): Sekretariat Jenderal.

Manalu C, Sardi I, Elwamendri. 2015. Persepsi petani padi sawah terhadap program pencetakan lahan sawah di Desa Singkep Kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sosio Ekonomika Bisnis. 18 (1): 20-31.

Mulyani A, Ritung S, Las I. 2011. Potensi dan ketersediaan sumber daya lahan untuk mendukung ketahanan pangan. JPPP. 30 (2): 73-80.

Muslim C. 2014. Pengembangan lahan sawah (sawah bukaan baru) dan kendala pengelolaannya dalam pencapaian target surplus 10 juta ton beras tahun 2014. SEPA. 10 (2): 257-267.

Nurhidayati, Hafizianor, Muhammad, Fauzi H. 2016. Perubahan sosial masyarakat di perdesaan hutan rawa gambut (kajian alih guna hutan rawa gambut menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala). J EnviroScienteae. 12 (3): 256-266.

Prasodjo E. 2015. Model kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan batubara berkelanjutan (studi kasus pertambangan batubara di sekitar Kota Samarinda, Kalimantan Timur) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ritung S, Suharta N. 2007. Sebaran dan potensi pengembangan lahan sawah bukaan baru. Tanah sawah bukaan baru. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian.

Sandin L. 2009. The relationship between land-use, hydromorphology and river biota at different spatial and temporal scales: a synthesis of seven case studies. FAL. 174 (1): 1-5.

Simatupang P, Rusastra IW. 2004. Kebijakan pembangunan sistem agribisnis padi. ekonomi padi dan beras Indonesia, hal 31-52. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Jakarta (ID): Balitbang Pertanian.

Soekartawi. 2006. Analisis Usaha tani. Jakarta (ID): UI Press.

Suriadikarta DA.2009. Pemanfaatan dan strategi pengembangan lahan gambut eks proyek lahan gambut Kalimantan Tengah. Jurnal Sumberdaya Lahan 2(1): 31-44.

Thoriq A, Yunita D, Sutrisno B, Syamsiah N. 2017. Analisis sosial ekonomi calon petani perluasan sawah di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Optima. 1(2): 19-31.

Wahyunto. 2009. Lahan sawah di indonesia sebagai pendukung ketahanan pangan nasional. IP. 18(2): 133-152.

Wahyunto, Widiastuti F. 2014. Lahan sawah sebagai pendukung ketahanan pangan serta strategi pencapaian kemandirian pangan. JSL, Edisi Khusus Desember 2014: 17-30.

Wicaksono Y, Lestari P. 2017. Dampak konversi lahan pertanian menjadi tambang pasir terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Keningar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. E Socetas. 6(8): 1-16.

Downloads

Published

25-01-2023

How to Cite

1.
Mustapa LA, Purnamadewi YL, Dharmawan AH. Dampak dan Keberlanjutan Program Cetak Sawah di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Analisis Kebijak. Pertan. [Internet]. 2023 Jan. 25 [cited 2025 Apr. 29];17(2):123-37. Available from: https://epublikasi.pertanian.go.id/berkala/index.php/akp/article/view/828