Mendudukkan Komoditas Mangga sebagai Unggulan Daerah dalam Suatu Kebijakan Sistem Agribisnis: Upaya Menyatukan Dukungan Kelembagaan bagi Eksistensi Petani
DOI:
https://doi.org/10.21082/akp.v7n2.2009.189-211Keywords:
agribusiness system, komoditas mangga, local priority, mangoes, sistem agribisnis, unggulan daerahAbstract
Pengembangan komoditas hortikultura sebagai alternatif sumber perekonomian masyarakat dari sektor pertanian, senantiasa terus mendapat perhatian dari berbagai fihak. Salah satu komoditas hortikultura yang berkembang diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Majalengka, adalah komoditas mangga. Pengembangan komoditas mangga di beberapa daerah di wilayah Kabupaten Majalengka, telah banyak dilakukan baik secara individu maupun dalam kaitan dengan program pengembangan komoditas unggulan daerah melalui suatu sistem agribisnis. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah andalan pengembangan mangga di Indonesia yang memberikan kontribusi tertinggi kedua setelah Provinsi Jawa Timur. Luas panen mangga di Jawa Barat tahun 2003 mencapai 7.424 ha dengan total produksi 141.064 ton, atau setara dengan produktivitas 190 kwintal per ha. Lima jenis mangga utama yang dikembangkan di sentra mangga Jawa Barat yang meliputi kabupaten Majalengka, Cirebon dan Indramayu, adalah mangga harumanis, gedong, gedong gincu, dermayu dan golek. Diantara jenis mangga tersebut, gedong gincu merupakan jenis unggulan daerah yang mempunyai nilai kompetitif. Namun demikian usaha pengembangan produksi mangga secara umum masih dihadapkan pada permasalahan; (1) sangat dipengaruhi oleh musim dan curah hujan, (2) skala usahatani, (3) pemasaran dengan sistem tebasan, ijon dan kontrak yang mengarah kepada eksploitasi produksi, akibat adanya desakan kebutuhan ekonomi, menghindari resiko gagal produksi serta menghindari biaya pemeliharaan yang besar; dan (4) Secara umum profit pemasaran lebih banyak dinikmati oleh para pelaku pasar, bukan petani mangga. Dengan kondisi tersebut, perlu upaya konkret dari berbagai fihak terkait untuk menyatukan dukungan kelembagaan bagi eksistensi petani dalam suatu sistem agribisnis mangga yang dijalankan. Dukungan pemikiran serta kebijakan pemerintah daerah dalam upaya mencari solusi kearah itu sangat dinantikan sehingga komoditas mangga sebagai salahsatu komoditas unggulan daerah, tidak hanya menjadi "maskot" daerah semata tetapi juga harus menjadi sumber pendapatan yang menguntungkan bagi para petani yang mengusahakannya. Pemerintah Kabupaten Majalengka telah mencoba merintis kelembagaan kearah itu dengan pola kerjasama kemitraan, sekaligus sebagai bentuk dukungan nyata untuk mendorong eksistensi petani dalam sistem agribisnis mangga yang saling menguntungkan.
Downloads
References
Agustian A, A. Zulham, Syahyuti, H. Tarigan, A. Supriatna, Y. Supriyatna, dan T. Nurasa. 2005. Analisis Berbagai Bentuk Kelembagaan Pemasaran dan Dampaknya Terhadap Kinerja Usaha Komoditas Sayuran dan Buah. Laporan akhir Penelitian Proyek/Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Arifin, Bustanul. 2003. Tantangan Pengembangan Agribisnis Indonesia. Materi Kuliah Perdana Program Magister Agribisnis di Universitas Padjadjaran, Tanggal 19 Oktober 2003 di Bandung.
Bappeda Kabupaten Majalengka. 2000. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (REPETADA) Tahun 2002.
Davis, J and R. Goldberg. 1957. A Concept of Agribusiness. Harvard University, Boston.
Deirenda, R., B. Drajat dan SO Lubis. 1992. Konsep Pengembangan Agribisnis Sasaran Tahun V No. 33.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Majalengka. 2000. Rencana Strategis Tahun 2001-2005, Kabupaten Majalengka.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 2001. Kajian Pengembangan Pemasaran Model Pelelangan Komoditas Agribisnis Pada Sentra Produksi. Laporan Akhir Penelitian. Kerjasama Penelitian dengan PT. Arjasari Primaraya. Bandung.
Downey, W.D. and S.P. Erickson. 1985. Agribusiness Management. McGraw-Hill, New York.
Gunawan, Memed. 1993. Pengembangan Komoditas Hortikultura Dalam Sistem Agribisnis. Tulisan Utama Pada Media Komunikasi dan Informasi Pangan No. 16 Vol. IV, April 1993 (Prospek Pengembangan Hortikultura). Badan Logistik. Jakarta.
Hadi. PU. 1992. Konsep Dasar dan Bidang Analisis Agribisnis Dalam Konteks Pengembangan Agroindustri (mimeo). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Haeruman M, R Natawidjaja, T Perdana, T Insan Noor. 2001. Rancang Bangun Pengembangan Kawasan Agribisnis di Daerah Pedesaan. Laporan Hasil Kerjasama Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dengan Proyek Koordinasi Penataan Pembangunan Pertanian, Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian R.I. Jakarta.
Iswariyadi A, Supriati, V.T. Manurung, M. Rachmat, A. Djauhari. 1993.Penelitian Agribisnis Buku V: Mangga. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Kusumo S, Ismiyati, H. Sunarjono, R. Riati. 1989. Produksi Mangga di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.
Saptana, E H Lestari, K S Indraningsih, Ashari, S Friyatno Sunarsih, V Darwis. 2005. Pengembangan Model Kelembagaan Kemitraan Usaha Yang Berdaya Saing di Kawasan Sentra Produksi Hortikultura. Laporan akhir Penelitian Proyek/Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Sudaryanto, Tahlim dan Efendi Pasandaran. 1993. Agribisnis Dalam Perspektif: Konsepsi, Cakupan Analisis dan Rangkuman Pembahasan. Prosiding Perspektif Pengembangan Agribisnis di Indonesia. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Supriatna, Ade (2005). Budidaya dan Prospek Pemasaran Mangga Gedong Gincu. Tabloid Sinar Tani, 28 September 2005.