Membedah Gorontalo sebagai Calon "Bintang Timur" Pertanian Indonesia di Abad 21
DOI:
https://doi.org/10.21082/akp.v6n3.2008.222-238Keywords:
agricultural development, agricultural industrialization, industrialisasi pertanian, kearifan lokal, local wisdom, modal sosial, pembangunan pertanian, social capitalAbstract
Dijalankannya pembangunan pertanian dengan benar merupakan idaman sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama petani di perdesaan. Kegundahan pakar sosial-ekonomi terhadap penyelenggaraan pembangunan pertanian selama ini bukan tanpa alasan, karena telah lebih dari seabad kehidupan masyarakat pertanian di perdesaan tidak kunjung membaik secara signifikan. Menelaah kemajuan pertanian di Gorontalo, sebagai calon "bintang timur" pertanian abad 21, memberikan pelajaran sangat berharga bagi perancang dan penyelenggara kebijakan pembangunan pertanian di pusat dan daerah. Pelajaran tersebut yaitu: pertama, dengan pendekatan outward looking dan visi kebersamaan membangun pertanian berciri industri berbasis masyarakat petani di perdesaan yang pro pasar menjadikan pertanian di Gorontalo berkembang secara mantap dan (sangat mungkin) berkelanjutan. Kedua, penguatan strategi industrialisasi pertanian di perdesaan dan reforma agraria akan memperkokoh pertanian sebagai "ibu kehidupan" yang berimplikasi sangat positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Ketiga, perkembangan pertanian sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan penyelenggara pembangunan yang berintegritas tinggi dan memiliki kompetensi yang dapat diandalkan. Diterapkannya asas good governance dan inclusive dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pertanian, reformasi birokrasi pemerintahan, dan penguatan civil society serta kearifan lokal. Keempat, terpeliharanya budaya kemandirian, semangat kerja keras dan pantang menyerah untuk maju secara bersama ("solidarity"), altruisme kolektif dalam bingkai untuk kemajuan lintas kesukuan (nasionalisme), dan modal sosial setempat sangat besar pengaruhnya terhadap kemantapan kemajuan pembangunan pertanian di perdesaan.
Downloads
References
Anonimous. 2008. Sejarah Gorontalo. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo. http://distan.gorontaloprov.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=151&Itemid=98 [25/08/08].
Berlo, D.K. 1960. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York.
Dumont, R. 1971. Agriculture as Man’s Transformation to The Rural Environment. In Peasants and Peasant Societies (Edited by T. Shanin). Penguin Book Inc. Middlesex.
Harrison, E.H. 2000. Why Culture Matters. In Cultures Matters: How Values Shape Human Progress (Edited by L.E. Harrison and S.P. Huntington). Basic Books. New York.
Poensioen, J.A. 1969. The Analysis of Social Change Reconsidered: A Sociological Study. The Hague. Paris.
Pranadji, T. 2003. Menuju Transformasi Kelembagaan dalam Pembangunan Pertanian dan Perdesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Puspa, A. 2008. Penggalan Sejarah Bukti Hebatnya Industri Pertanian, Kehutanan dan Kelautan. Peta Konsep Anak Bangsa. http://pkab.wordpress.com/2008/08/08/penggalan-sejarah-bukti-hebatnya-industri-pertanian-kehutanan-dan-k/ [25/08/08].
Sajogyo. 1974. Modernization without Development in Rural Java. (A Paper Contributed to the Study on Changes in Agrarian Structure, FAO of UN, 1972-1973). Bogor Agricultural University. Bogor.
Tjondronegoro, S.M.P. 1990. Revolusi hijau dan perubahan sosial di perdesaan Jawa. PRISMA, X(2):3-14. LP3ES. Jakarta.