Alokasi Produksi dan Distribusi yang Menuju Maksimisasi Keuntungan Pabrik Gula (Analisa Keadaan 1980)
Abstract
IndonesianPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari sejauh mana potensi-potensi pengembangan pabrik gula dalam rangka memberikan keuntungan maksimal sesuai dengan alokasi produksi dan distribusi yang optimal. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang meliputi data biaya produksi, biaya transportasi, sumber daya lahan serta kapasitas pabrik dari delapan propinsi di Indonesia, sedangkan untuk daerah konsumsi diwakili oleh pelabuhan-pelabuhan dari seluruh propinsi yang ada di Indonesia. Pola alokasi produksi dan distribusi optimal diperoleh dengan mengkaitkan fungsi objektif dengan pembatas sumberdaya ialah lahan sawah yang tersedia untuk tanaman tebu di pulau Jawa dan lahan yang cocok untuk tanaman tebu di luar Jawa serta kapasitas giling dari masing-masing pabrik gula. Alokasi distribusi optimal dibatasi oleh jumlah produksi gula masing-masing propinsi produksi dan jumlah kebutuhan gula pada masing-masing pelabuhan konsumsi. Sebagai hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa keuntungan maksimal yang sesuai dengan alokasi produksi dan distribusi yang optimal dengan tingkat harga yang terjadi pada tahun 1980 adalah Rp 645,507 juta. Tingkat harga domestik yang terjadi pada tahun 1980 adalah besarnya harga yang terjadi di pasar dunia ditambah dengan Subsidi pemerintah, sehingga apabila tingkat harga di pasar dunia yang berlaku di dalam negeri maka besarnya subsidi yang dapat dihemat adalah Rp 231 ,664 juta. Pola alokasi produksi optimal akan merubah alokasi produksi di masing-masing pabrik baik dalam penggunaan lahan maupun dalam jumlah produksinya. Pada umumnya pola alokasi produksi optimal menggunakan kapasitas pabrik yang maksimal, sehingga luas lahan yang terpakai disesuaikan dengan kebutuhan tebu untuk memenuhi kapasitas giling. Pola distribusi optimal juga akan merubah pola distribusi yang berlaku baik dalam jalur distribusinya maupun dalam volumenya. Secara umum pola distribusi adalah produksi propinsi produsen digunakan untuk kebutuhan propinsi produsen yang bersangkutan, barulah surplusnya disalurkan pada propinsi konsumsi.