Pengaruh Penambahan Minyak Buah Merah Terhadap Kualitas Organoleptik Nugget Ayam

Penulis

  • Ester Sadolona Widyaiswara Balai Latihan Pertanian Sentani Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi Papua, Jl. Yahim Dobonsolo Sentani Papua
  • Rivana Agustin Widyaiswara Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Jl. Ketindan No. 1 Lawang, Malang, Jawa Timur, Indonesia 65214

DOI:

https://doi.org/10.51589/ags.v5i2.73

Kata Kunci:

minyak buah merah, nugget ayam, organoleptik

Abstrak

Tanaman buah merah adalah tanaman endemik Papua. Buah merah kaya sekali akan antioksidan dan juga asam lemak seperti omega-3 dan omega-9. Kandungan senyawa aktif dalam buah merah diantaranya adalah karotenoid, tokoferol, asam oleat, asamlinoleat, dekanoat, protein, vitamin B dan vitamin C. Sehingga buah merah diyakini mampu menangkal radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel atau penyakit degeneratif, meningkatkan stamina dan menjaga daya tahan tubuh. Selama ini buah merah biasanya dikonsumsi dengan cara dimakan langsung atau dipotong-potong, lalu direbus, dipanggang atau dimasak dalam oven batu. Dengan kandungan zat gizi yang tinggi pada buah merah, maka dapat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan tambahan pangan. Salah satunya memanfaatkan minyak buah merah untuk ditambahkan ke produk nugget ayam sebagai bahan fortifikasi, pewarna makanan alami sekaligus penambah citarasa. Nugget merupakan makanan siap saji yang banyak digemari oleh anak-anak hingga orang dewasa karena dalam penyajiannya tinggal langsung digoreng. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui uji organoleptik nugget ayam terhadap warna, aroma tekstur dan rasa nugget ayam pada berbagai persentase penambahan minyak buah merah, sehingga minyak buah merah dapat dimanfaatkan sebagai produk pangan olahan pangan lokal dan lebih bergizi serta dapat diterima oleh masyarakat. Penelitian ini terdapat 4 (empat) perlakuan penambahan minyak buah merah yakni (0 %, 0,5 %, 1 % dan 1,5 %). Hasil analisa uji organoleptik yang dilakukan terhadap produk nugget ayam dengan penambahan minyak buah merah didapatkan aroma dengan kisaran nilai rataan 3,50 hingga 3,70 dengan kategori agak suka aromanya. Pada konsentrasi penambahan minyak buah merah 1,5% dihasilkan kategori suka. Pada konsentrasi penambahan minyak buah merah 0,5% dihasilkan tekstur yang renyah dengan nilai 3,90. Pada konsentrasi penambahan minyak buah merah 1% dikategorikan rasa yang enak dengan nilai 3,90.

Referensi

Anjarsari B. 2010. Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Belitz HD, Grosch W, and Schieberle P. 2009. Food Chemistry. 4th Revised and Extended ed. Berlin : Springer-Verlag Heidelberg.

Bintoro VP. 2008. Teknologi Pengolahan Daging dan Analisis Produk. Semarang : Universitas Diponegoro.

Budi IM. (2001). Kajian kandungan zat gizi dan sifat fisio kimia jenis minyak buah (Pandanus conoideus Lam.) hasil ekstraksi secara tradisional di kabupaten Jayawiajaya Propinsi Irian jaya. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Budi IM dan Paimin FR. (2005). Buah merah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Deman JM. 1997. Kimia Makanan. Bandung: Penerbit ITB.

Dermawan dalam Puji Lestari. 2011. Isolasi dan identifikasi komponen kimia ekstrak etanol buah merah (Pandanus conoideus Lam.). Skripsi. Fakultas MIPA Jurusan Kimia. Surakarta : UNS.

Febrina E, Gozali D, dan Rusdiana T. 2007. Formulasi Sediaan Buah Merah (Pandanus conoideus) Sebagai Produk Antioksidan Alami. Laporan Penelitian Muda.

Herawati. 2008. Produksi karkas, hasil olahan dan perubahan histologi organ dan jaringan ayam broiler dengan suplemen fitobiotik jahe merah. Disertasi Program Studi Ilmu Peternakan Sekolah Pascasarjana, Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Ismadi SD. 1990. Nutrisi dan Kesehatan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Limbongan J dan Malik A. 2009. Peluang Pengembangan Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) di Provinsi Papua. Jurnal Litbang Pertanian, 28(4), 134-141.

Mun‘im AR, Andrajati dan H Susilowati. 2006. Uji hambatan tumorigenesis sari buah merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap tikus putih betina yang diinduksi 7,12 dimetilbenz (A) Antrasen (Dmba). Majalah Ilmu Kefarmasian 3(3), 153-161.

Nainggolan D. 2001. Aspek Ekologis Kultivar Buah Merah Panjang (Pandanus conoideus Lam.) di Daerah Dataran Rendah Manokwari. Skripsi Fakultas Kehutanan. Manokwari : Universitas Negeri Papua.

Owens CM. 2001. Poultry Meat Processing. CRC Press LCC. Department of poultry science, Texas. (edited by A., R., Sams).

Priwindo S. 2009. Pengaruh pemberian tepung susu sebagai bahan pengikat terhadap kualitas nugget angsa. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

R Rasbawati, J Rauf. 2018. Kadar protein tepung ceker ayam dan tingkat kesukaan biscuit dengan substitusi tepung ceker. Jurnal Galung Tropika, 7(2), 115-122.

Rumbarar L. 2002. Kebijakan Pembangunan Wilayah Perkebunan Jayapura. BPTP Papua.

Sari EK. 2008. Mempelajari Khasiat buah merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap kualitas pertumbuhan dan fungsi hati secara in vivo. Tesis. Fakultas Teknologi Pertanian Bogor : IPB.

Sarungallo ZL, Hariyadi P, Andarwulan N and Purnomo EH. 2014. Pengaruh metode ekstraksi terhadap muti kimia dan komposisi asam lemak minyak buah merah (Pandanus conoideus). Jurnal Teknologi Industri Pertanian 24(3), 209 -217.

Setyaningsih D. 2010. Isolasi dan identifikasi komponen utama ekstrak biji buah merah (Pandanus conoideus Lamk.). Skripsi. Fakultas MIPA. Semarang : UNS.

SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-3741-2002. Minyak Goreng. 2002. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

Soekarta dan Soewarno T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta : Gadjah Mada Press.

Sutaryo dalam Selvia Nurlaila. 2017. Uji organoleptik terhadap berbagai bahan dasar nugget. Jurnal Maduranch 2(2).

Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Unduhan

Diterbitkan

2021-12-31