STANDARDISASI KESESUAIAN JADWAL TANAM SESUAI KEBUTUHAN AIR TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING IKLIM BASAH

Authors

  • Iman Muhardiono Balai Pengujian Standar Instrumen Agroklimat dan Hidrologi Pertanian
  • Adang Hamdani Balai Pengujian Standar Instrumen Agroklimat dan Hidrologi Pertanian
  • Asmarhansyah Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Pasca Panen Pertanian
  • Kuwat Setiawan Balai Pengujian Standar Instrumen Agroklimat dan Hidrologi Pertanian
  • Anjas Napitupulu Balai Pengujian Standar Instrumen Agroklimat dan Hidrologi Pertanian

Abstract

Pengembangan jagung di lokasi Food Estate yang berada di Gunung Mas, Kalimantan Tengah memerlukan teknik pemberian air dengan hemat air yang presisi, mengingat lokasinya berada pada lahan kering dengan kondisi berpasir dan tingkat kesuburan rendah. Guna meningkatkan efisiensi pemanfaatan air, maka jadwal tanam yang tepat, pemberian air irigasi pada fase tertentu, serta cakupan areal yang dapat terlayani, mutlak diperlukan. Tujuan pengujian ini untuk menentukan luasan areal tanam serta alternatif waktu tanamnya berdasarkan potensi sumberdaya air permukaan yang dapat ditampung melalui embung kecil dan didistribusikan menggunakan pompa melalui penerapan standar yang sudah ada. Pengujian dilakukan di Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu karakterisasi wilayah untuk menentukan posisi bangunan air dan potensi air, menentukan pola tanam, dan analisis kebutuhan air jagung berdasarkan iklim. Hasil pengujian menunjukkan bahwa lahan terbentuk dari litologi akuifer endapan lepas dengan deskripsi: konglomerat batu pasir dan perselingan lempung yang mengandung sisipan lignit dalam lingkungan pengendapan peralihan dengan potensi akuifer dan keterusan sedang debit 5-10 lt/dt serta memiliki tipe iklim Schmidt and Ferguson kategori basah tipe B dengan curah hujan 2981.91 mm/tahun. Dari empat alternatif jadwal tanam, dipilih alternatif 1 dengan jadwal dan pola tanam yang memberikan luas layanan minimum lahan irigasi terbesar, yaitu 81.00 Ha, dibanding dengan alternatif 2 (72.97 Ha), dan alternatif 3 (64.94 Ha). Adapun alternatif 4 (270.19 Ha) dapat dilayani oleh irigasi karena memasuki fase late season (fase generatif akhir) yang defisit air sedikit (0.065 lt/dt/ha) karena selebihnya sudah terpenuhi oleh curah hujan efektif (Re).

Downloads

Published

2024-09-30