Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Performa Fisiologis Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.)

Authors

  • Eka Listia Indonesian Oil Palm Research Institute
  • Iput Pradiko Peneliti Ilmu Tanah dan Agronomi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Jl. Brigjen Katamso No.51, Medan 20158, Sumatera Utara
  • Muhdan Syarovy Peneliti Ilmu Tanah dan Agronomi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Jl. Brigjen Katamso No.51, Medan 20158, Sumatera Utara
  • Fandi Hidayat Peneliti Ilmu Tanah dan Agronomi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Jl. Brigjen Katamso No.51, Medan 20158, Sumatera Utara
  • Eko Noviandi Ginting Peneliti Ilmu Tanah dan Agronomi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Jl. Brigjen Katamso No.51, Medan 20158, Sumatera Utara
  • Rana Farrasati Peneliti Ilmu Tanah dan Agronomi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Jl. Brigjen Katamso No.51, Medan 20158, Sumatera Utara

Abstract

Abstrak. Saat ini, tercatat lebih dari 10.000 hektar tanaman kelapa sawit di Indonesia telah dikembangkan pada lahan dengan ketinggian tempat lebih dari 600 m di atas permukaan laut (dpl). Budidaya kelapa sawit di dataran tinggi dihadapkan pada beberapa faktor pembatas seperti rendahnya suhu, tingginya kelembaban dan curah hujan, serta terbatasnya lama penyinaran matahari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisiologis tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di empat lokasi dengan ketinggian tempat yang berbeda yaitu: 50, 368, 693, dan >865 m dpl. Penelitian dilakukan pada tanaman kelapa sawit berumur 7-8 tahun. Peubah yang diamati adalah peubah lingkungan/iklim serta performa fisiologis tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fisiologis tanaman seperti laju fotosintesis, laju transpirasi, konsentrasi CO2 interseluler, dan dimensi stomata dari tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan pada dataran tinggi lebih rendah dibanding proses fisiologis tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan pada dataran yang lebih rendah. Akan tetapi tingkat prolin dan aktivitas enzim nitrate reductase yang lebih tinggi dimiliki oleh tanaman yang berada pada dataran tinggi. Penelitian ini menegaskan bahwa karakteristik fisiologi tanaman kelapa sawit yang optimum terdapat pada tanaman yang berada pada dataran dengan ketinggian kurang dari 600 m dpl.


Abstract. Nowadays, more than 10,000 hectares of oil palm plantations in Indonesia have been cultivated at the altitude of > 600 m above sea level (asl). The cultivation of oil palm in the higher altitude is subjected to several limiting factors such as low temperature, high humidity and rainfall, and also short daily duration of solar radiation. This study was conducted to evaluate the physiological characteristics of oil palm planted at four altitudes: 50, 368, 693, and 865 m asl. The study was employed for 7-8 years old oil palm. The environmental (climate) and physiological performance variables were measured. The results showed that oil palm planted at the higher altitudes had lower rates of photosynthesis, transpiration, lower intercellular CO2 concentration and lower stomata dimension compared to oil palm cultivated at the lower altitudes. However, the proline level and the activity of nitrate reductase of palm cultivated on the higher altitudes were higher than that of the palm cultivated at the lower altitudes. This research results reconfirm that, the optimum physiological characteristics of oil palm were observed at the altitude of less than 600 m asl.

Published

2020-06-25

Issue

Section

Articles