Analisis Karakteristik Kekeringan Lahan Padi Sawah di Wilayah Utara Provinsi Jawa Barat

Authors

  • Mamenun Mamenun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
  • Trinah Wati Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Abstract

Abstrak. Kejadian kekeringan di Indonesia disebabkan karena menurunnya curah hujan dalam jangka waktu lama dan sering dipicu oleh kejadian El Niño. Curah hujan pada tahun El Niño dapat menurun 150-200 mm/bulan yang berimplikasi pada penurunan produksi pangan. Kondisi iklim, karakteristik kekeringan, dan korelasi karakteristik kekeringan terhadap luas lahan padi sawah terkena kekeringan dan gagal panen (puso) telah dianalisis di wilayah utara Provinsi Jawa Barat menggunakan indeks presipitasi terstandarisasi (SPI/Standardized Precipitation Index). Data curah hujan bulanan periode 1987 – 2017 dari 30 pos hujan digunakan untuk menghitung SPI3 dan SPI6 serta turunannya. Hasil interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW) untuk mengisi data kosong <10% menunjukkan terdapat korelasi 0,6 hingga 0,96 antara hasil interpolasi dengan observasi. Wilayah utara Provinsi Jawa Barat mempunyai pola hujan monsun dengan tipe iklim Oldeman didominasi tipe C3 dan D3. Berdasarkan indeks SPI3 dan SPI6, jumlah kejadian kekeringan tertinggi masing-masing mencapai 18 dan 15 kejadian, durasi kekeringan terpanjang selama 14 bulan dan 22 bulan, tingkat keparahan kekeringan terkuat mencapai 28,9 dan 34,50 dan intensitas tertinggi 2,90 dan 2,53. Karakteristik kekeringan tersebut didominasi pos hujan di Kab. Indramayu dan Majalengka yang terjadi pada periode El-Niño kuat (1997/1998 dan 2015/2016). Korelasi positif antara durasi, tingkat keparahan, intensitas kekeringan terhadap lahan terkena kekeringan dan puso terdapat di sebagian besar pos hujan utara Jawa Barat dengan korelasi bervariasi hingga 0,77 pada SPI3 dan hingga 0,86 pada SPI6. Karakteristik kekeringan untuk lahan padi sawah, diharapkan dapat dimanfaatkan dalam sistem monitoring dan peringatan dini kekeringan serta risiko bencana untuk mencegah gagal panen dan kerugian yang lebih besar.

Abstract. Drought occurance in Indonesia is caused by long time decrease of rainfall and triggered by El Niño events. El Niño could reduced rainfall up to 150-200 mm/month and have implications to decreased food production. Climate condition, drought characteristics, and correlation between drought characteristics and the affected paddy field area as well as crop failure (puso) have been analysed for the northern part of West Java province using Standardized Precipitation Index (SPI). Monthly rainfall data in 1987-2017 period from 30 selected rainfall stations were used to calculate SPI3 and SPI6 and its derivatives. The interpolation result of Inverse Distance Weighted (IDW) to fill out <10% empty data showed correlation of 0,6 to 0,96 between observation and interpolated data. The northern part of West Java province has a monsoonal rainfall pattern with Oldeman climate type dominated by C3 and D3. Based on SPI3 and SPI6, the highest drought event reached 18 and 15 events, the longest drought duration were 14 and 22 months, the strongest drought severity reached 28,9 and 34,50, and the highest drought intensity were 2,90 and 2,53. Those drought characteristics are dominated by rainfall stations in Indramayu and Majalengka district that occurred in strong El-Niño period. Positive correlation between duration, severity, intensity and affected area and puso varied in magnitude up to 0,77 on SPI3 and up to 0,86 on SPI6. The drought characteristics for paddy field can be used for drought risk assessment and drought early warning to prevent crop failures and losses.

Published

2020-06-25

Issue

Section

Articles