Pengekstrak, Status dan Dosis Pupuk Kalium untuk Padi Gogo pada Hapludults, Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur ( Status and Dosage of Potassium Fertilizer for Upland Rice in Hapludults, Braja Selebah, East Lampung District )

Authors

  • Antonius Kasno Balittanah
  • I Wayan Suastika Balittanah

Abstract

Abstrak: Kalium merupakan hara makro primer dan menjadi faktor pembatas pertumbuhan pada lahan kering masam. Pengekstrak hara K terbaik, status hara K dan dosis pupuk K untuk padi gogo pada Hapludults belum banyak dipelajari. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pengekstrak hara K terbaik, status hara K dan dosis pupuk K untuk tanaman padi gogo yang ditanam pada tanah Hapludults dengan kandungan K sangat rendah. Penelitian dilakukan di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur (05o 10’ 57†LS, dan 105o 46’ 33†BT), pada musim kering 2015 dan musim hujan 2015/2016. Pada musim pertama, status K buatan dibuat dengan menambah pupuk K dengan dosis 0 X, ¼ X, ½ X, ¾ X, dan 1 X, dimana X merupakan jumlah pupuk K untuk mencapai kadar K dalam tanah 0,6 cmol(+) kg-1. Pada musim kedua dibuat percobaan respon pemupukan pada setiap status hara K, dengan dosis 0, 20, 40, 80, dan 160 kg K ha-1. Pada musim pertama petak perlakuan berukuran 25 m x 6 m, dan musim kedua 5 m x 6 m. Pengamatan dilakukan terhadap sifat kimia tanah dan berat gabah kering. Pengesktrak K yang diuji adalah NH4OAc 1N pH 7, NH4OAc 1N pH 4,8, HCl 25%, Truog, Mehlich 1, Bray 1, Bray 2, Colwell, dan Morgan Venema. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengekstrak hara K terbaik tanah Hapludults adalah Colwell. Status hara K rendah, sedang dan tinggi adalah <21,5, 21,5 – 26,5 dan >26,5 mg kg-1, dan dosis pupuk K untuk padi gogo pada masing-masing status hara K berturut-turut adalah 125, 110, dan 80 kg KCl ha-1.

Abstract. Potassium is a primary macro nutrients and it becomes a limiting factor of plant growth in the upland acid soil. There have not been much studied about the best K extraction, K nutrient status, and the rate of K fertilizer application for upland rice in Hapludults. The objective of this research is to investigate the best extractant for K nutrient, evaluate K nutrient status and the best rate of K fertilizer for each K nutrient status for upland Hapludults with very low K content. The study was conducted in the village of Braja Harjosari, Sub district of Braja Selebah, East Lampung (05o 10 '57.43 "S and 105o 46' 33.27" E), in dry season of 2015 until the rainy season of 2015/2016. In the first season, a series of artificial K nutrient status from low to high was made by adding K fertilizer with doses of 0 X, ¼ X, ½ X, ¾ X, and 1 X, where X is the amount of K fertilizer intended to achieve the levels of 0.6 cmol(+)kg-1 K in the soil. In the second season, a fertilization response trial on each K nutrient status, with doses of 0, 20, 40, 80, and 160 kg K ha-1 was established Plots dimension was 25 m x 6 m in the first season and 5 m x 6 m in the second season. Observations were made on soil chemical properties and dry grain weight. The K extraction tested were 1N NH4OAc pH 7, 1N NH4OAc pH 4.8, 25% HCl, Truog, Mehlich 1, Bray 1, Bray 2, Colwell, Morgan Venema. The results showed that the best nutrient K extraction of Hapludults soil was the Colwell. The low, medium and high K nutrient status was <21.5, 21.5 – 26.5 and > 26.5 mg kg-1, and the dosage of K fertilizer for upland rice in each nutrient status K was 125, 110, and 80 kg KCl ha-1. 

Author Biographies

Antonius Kasno, Balittanah

Researcher at Indonesian Center for Soil Research

I Wayan Suastika, Balittanah

Researcher

Published

2020-06-25

Issue

Section

Articles