Pengaruh Amelioran, Pupuk dan Sistem Pengelolaan Tanah Sulfat Masam terhadap Hasil Padi dan Emisi Metana
Abstract
Abstrak: Hasil yang tinggi dan emisi metana yang rendah merupakan tujuan pengelolaan lahan basah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh amelioran, pupuk, dan sistem pengelolaan terhadap hasil padi dan emisi metana. Penelitian dilaksanakan di lahan sulfat masam Kalimantan Selatan dengan rancangan split-split plot. Petak utama adalah tipe penggunaan lahan yaitu: S1= pengelolaan tradisional (alami), dan S2= pengelolaan intensif. Anak petak adalah pemupukan NPK yaitu: P1=NPK 100%, P2=NPK 75%. Dosis NPK 100% sesuai dengan rekomendasi yaitu (kg ha-1) 200 Urea; 100 SP 36; 100 KCl. Sedangkan anak-anak petak adalah perlakuan amelioran: B0=Tanpa bahan organik, B1= Pola petani, B2=Kompos (kombinasi kompos Jerami 30%+ Kompos Purun 30%+ Kompos Kotoran Sapi 40%), B3=Biochar sekam padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi metana tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan S2P1B1 yaitu sebesar 30,40 kg ha-1 musim-1 dengan nilai indeks produksi padi (rasio hasil per emisi metana) sebesar 82,8 dan hasil gabah sebesar 2,5 t ha-1. Hasil gabah tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan S2P2B2 yaitu sebesar 3,4 t ha-1 dengan nilai indeks produksi padi sebesar 438,9 dan emisi metana sebesar 7,75 kg ha-1 musim-1. Indeks produksi padi tertinggi terlihat pada perlakuan tanpa amelioran (kontrol) dengan pemupukan NPK 100% yaitu sebesar 788,6 namun hasil gabah hanya 1,95 t ha-1, walaupun emisi metana rendah (2,47 kg ha-1 musim-1). Penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan meningkatkan hasil padi masih belum sejalan dengan penurunan emisi metana sehingga yang disarankan adalah perlakuan S2P2B2 karena memberikan hasil tertinggi.
Abstract. High yield and low methane emission are two goals in wetland management systems. The aim of this study was to evaluate the effects of biochar and compost on methane emission and yield of rice on acid sulphate soils. The research was conducted on acid sulfate soil in South Kalimantan using a split-split plot design. The main plot was two management regimes which were traditional (S1) and intensive (S2) managements. The sub plot was the NPK fertilization, namely: P1 = NPK 100%, and P2 = NPK 75% of the recommended rate of NPK. The recommendations rate of NPK fertilizers was (kg ha-1) 200 urea; 100 SP 36; and 100 KCl. Sub-sub plots were ameliorants: B0 = Without ameliorants, B1= Farmers’ practice, B2= Compost (a combination of ‘Straw’ Compost 30% + ‘Purun’ Compost 30% + ‘Cattle Manure’ Compost 40%), and B3 = Biochar of rice husk. The results showed that the highest methane emissions amounted to 30.40 kg ha-1 season-1 was resulted from S2P1B2 treatment, with the production index (yield/methane emission) of 82.8 and grain yield of 2.5 t ha-1. The highest grain yield of 3.4 t ha-1 was shown in the treatment S2P2B2 with the production index of 438.9 and methane emissions of 7.75 kg ha-1 season-1. The highest rice production index of 788.6 was obtained in the treatment without ameliorant and 100% NPK fertilization. This treatment gave grain yield of only 1.95 t ha-1 and the methane emissions of 2.47 kg ha-1 season-1. This research concluded that the objective of high yield is not synchronized with low methane emission and thus treatment S2P2B2 with the highest yield is remommended.