Pemodelan Banjir dan Analisis Kerugian Akibat Bencana Banjir di DAS Citarum Hulu

Authors

  • Sisi Febriyanti Muin Pusat Pengelola Resiko dan Peluang Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, Institut Pertanian Bogor
  • Rizaldi Boer Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Istitut Pertanian Bogor
  • Yuli Suharnoto Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Abstract

Abstrak. Wilayah DAS Citarum Hulu memiliki sejarah yang panjang mengenai bencana banjir. Bentuk wilayahnya yang berupa cekungan raksasa menyebabkan wilayah tersebut menerima aliran air dari berbagai sungai. DAS ini juga didominasi oleh lahan kritis yang mencapai 14% dari luas wilayah menyebabkan banjir datang setiap tahun di DAS Citarum Hulu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi distribusi, kedalaman dan durasi banjir untuk setiap periode ulang serta menganalisis kerugian sektor pertanian dan permukiman yang diakibatkan oleh banjir. Model satu dimensi HEC RAS digunakan untuk mensimulasi banjir sedangkan model kerusakan digunakan untuk mengestimasi kerugian akibat banjir. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2013 hingga Desember 2014. Data yang digunakan meliputi ; peta topografi, peta jaringan sungai, Citra Landsat tahun 2000, peta penggunaan lahan tahun 2000, data debit dan tinggi muka air, serta informasi kejadian dan lamanya banjir aktual. Untuk analisis kerusakan akibat banjir digunakan data kuisioner yang dilaksanakan di tiga belas kecamatan yaitu, Majalaya, Pacet, Pameungpeuk, Baleendah, Solokan Jeruk, Rancaekek, Bojongsoang, Ciparay, Katapang, Margahayu, Arcamanik, Gedebage, dan Rancasari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model HEC RAS cukup baik mensimulasikan banjir di percabangan sungai pertama. Hal ini ditunjukkan dengan hasil kalibrasi model mencapai 74%. Hasil simulasi menunjukkan bahwa luas area dan durasi banjir akan meningkat dengan bertambahnya periode ulang. Besarnya kerugian di sektor pemukiman lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian. Total kerugian permukiman dan pertanian untuk banjir 25 tahunan masing-masing sebesar Rp 720 dan Rp 68 miliar. Kerusakan bangunan rumah menjadi penyumbang tertinggi (yaitu 61%) dari total kerugian sektor permukiman. Artinya banjir secara signifikan akan menyebabkan kerusakan bangunan dibandingkan kerusakan pada isi rumah.

 

Abstract. The Upper Citarum Watershed has a long history of floods. The shape of the watershed is like a giant basin, receiving the flow from several rivers. The watershed is also dominated by degraded lands (about 14% of the area) leading to annual floods. This study aimed to predict the distribution, depth, and duration of flooding that may happen for each return period and to analyze the losses in agricultural and residential sectors due to flooding. The one-dimensional hydraulic model HEC RAS was used to simulate flooding and a flood damage assessment model was used to estimate losses caused by flooding. This research was conducted in June 2013 until December 2014. The data used were topographic maps, the river network maps, Landsat Imagery of 2000, land use map of 2000, rivers flow data, and water level as well as information about flood events and duration of the floods. Analysis for flood damages used questionnaire data collected from eight sub-districts such as Baleendah, Bojongsoang, Ciparay, Dayeuhkolot, Majalaya, Rancaekek, Rancasari, and Solokan Jeruk. The results showed that HEC RAS model succeeded to simulate flooding in first junction and the model calibration reach 74% correlation. The simulation results show, flood area and duration increased according to the increase in the return period. Damage on residential buildings is higher than that on agricultural sector. The total damage on residential buildings of 25 yearly floods is about IDR 720 billion and on agricultural sector is about IDR 68 billion. Damage on the building structure contributes the highest (i.e. 61%) to the residential losses. Flood would significantly cause damages on the building structures rather than housing equipment.

Published

2015-12-02

Issue

Section

Articles