Kajian Lahan Kering Berproduktivitas Tinggi di Nusa Tenggara untuk Pengembangan Pertanian

Authors

  • Muhammad Hikmat Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN
  • Diah Puspita Hati Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN
  • Mira Media Pratamaningsih Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN
  • Sukarman Sukarman Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN

Keywords:

Lahan kering iklim kering, ketersediaan air, irigasi hemat air, solum dangkal

Abstract

Alih fungsi lahan pertanian yang terus terjadi di sentra-sentra produksi, khususnya komoditas pangan, harus diimbangi dengan penambahan lahan pertanian baru. Jika tidak, hal ini dapat mengancam program ketahanan pangan secara nasional. Tulisan ini bertujuan mengkaji lahan-lahan berproduktivitas tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur untuk pengembangan pertanian.   Tanah di kedua provinsi ini didominasi lahan kering beriklim kering, tetapi sebagian tanahnya mempunyai karakteristik yang baik untuk pengembangan pertanian. Di wilayah ini masih terdapat banyak padang rumput dan belukar yang berpotensi untuk pengembangan pertanian, antara lain terdapat di Kabupaten Bima, Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Kupang, Kabupaten Sumba Tengah serta sebagian besar Pulau Flores di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada umumnya tanah-tanah di wilayah ini tergolong berproduktivitas tinggi terutama yang berkembang dari bahan vulkanik dan bahan aluvial-koluvial. Kendala utama dalam pengembangan pertanian pada lahan ini adalah ketersediaan air rendah serta pada beberapa wilayah terdapat tanah bersolum dangkal. Secara teknis pengembangan kawasan pertanian harus dilakukan melalui evaluasi kesesuaian lahan  yang cocok dengan sifat biofisik dan lingkungannya, dan menerapkan teknologi yang tepat dalam menangani permasalahan di lapangan. Padi gogo, kedelai, jagung,  sorgum, kopi, dan jambu mete merupakan komoditas-komoditas yang potensial dikembangkan karena tidak terlalu banyak memerlukan air. Teknologi irigasi hemat air merupakan kunci pengelolaan air pada lahan kering beriklim kering. Penerapan teknik  irigasi ini banyak terbukti efisien, meningkatkan produksi tanaman, dan mampu mengairi lahan lebih luas. Penyediaan air suplementer pada musim kemarau merupakan kunci utama untuk meningkatkan produktivitas lahan melalui peningkatan produksi dan indeks pertanaman. Sedangkan pada lahan berlereng pembuatan teras bangku sangat bermanfaat untuk memperluas areal tanam dan mengurangi potensi erosi tanah oleh air.

 

Author Biographies

Muhammad Hikmat, Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN

Dr. Ir. Muhammad Hikmat, MSi

Peneliti Ahli Pertama di Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN

Diah Puspita Hati, Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN

Diah Puspita Hati, Sp, MSi

Peneliti Ahli Pertama di Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN

Mira Media Pratamaningsih, Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN

Mira Media Pratamaningsih, Sp

Peneliti Ahli Pertama di Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN

Sukarman Sukarman, Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN

Prof. Dr. Ir. Sukarman, MS

Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Geospasial, OR Kebumian dan Maritim, BRIN

Downloads

Published

2023-01-06

Issue

Section

Articles