Lima Puluh Tiga Tahun Penelitian dan Pengembangan Lahan Rawa untuk Pertanian dan Produksi Pangan

Authors

  • Muhammad Noor Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
  • Sukarman Sukarman (Agronomy), Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute
  • Masganti Masganti Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
  • Anna Hairani Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
  • Izhar Khairullah Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
  • Muhammad Alwi Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Keywords:

research and development / swampland, agriculture, food production

Abstract

Masa depan pangan Indonesia ada di lahan rawa. Pembukaan rawa untuk produksi pangan oleh pemerintah melalui Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut (P4S) tahun 1969-1984 yang disebut sistem reklamasi garpu dan sisir membawa Indonesia swasembada tahun 1985, sekalipun pasokan utama produksi dari lahan irigasi. Disusul Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di Kalimantan Tengah tahun 1995-1999 bersamaan saat impor beras 2-3 juta ton per tahun, namun kemudian, di tengah kecaman, Proyek PLG dihentikan pada tahun 1999. Pandemik Covid 19 membuat pemerintah menginisiasi pengembangan Food Estate lahan rawa di Kalimantan Tengah tahun 2021-2023.  Luas lahan rawa sekitar 32,64-33,39  juta hektar, diantaranya 14-19 juta hektar sesuai untuk pertanian. Hanya saja baru 6,90 juta hektar yang dimanfaatkan diantaranya 2,90 juta hektar untuk padi dan masih tersedia seluas 27,60 juta hektar yang belum direklamasi dari  luas total rawa dan 0,84 juta hektar yang belum dimanfaatkan dari 2,90 juta hektar yang telah direklamasi. Produktivitas padi di lahan rawa yang dicapai petani masih rendah (2-3 t/ha)sementara dari hasil penelitian mencapai 4,5-7,5 t/ha. Kendala budidaya padi di lahan rawa antara lain kemasaman tanah yang tinggi, kualitas air jelek, unsur dan senyawa toksik, kahat hara makro dan mikro, serangan hama dan penyakit tanaman. Pendekatan pengembangan rawa memerlukan penanganan yang terpadu dan spesifik lokasi. Implementasi program yang dilaksanakan pemerintah memberikan pelajaran bahwa pengembangan pertanian, khususnya padi memerlukan dukungan infrastruktur tata air, perencanaan sistem produksi, kelembagaan manajemen, dan langkah implementasi yang cepat dan tepat. Beberapa catatan menunjukkan pendekatan pengelolaan masih bersifat parsial, tidak terintegrasi, tanpa road map dan target yang jelas, manajemen dan kelembagaan petani masih lemah, sehingga dampak terhadap kesejahteraan petani masih belum tercapai. Tulisan ini mengemukakan tentang perjalanan penelitian dan pengembangan lahan rawa selama 53 tahun meliputi dinamika kegiatan pengembangan, peluang, kendala dan pembelajaran dari petani pada pengembangan kawasan food estate di Kalimantan Tengah.  

Author Biographies

Muhammad Noor, Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional

Sukarman Sukarman, (Agronomy), Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute

Peneliti Utama

Downloads

Published

2023-01-06

Issue

Section

Articles