Tanam Sisip Jagung-Kedelai dengan Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut: Tantangan Pengembangan Berkelanjutan
Keywords:
Budidaya jenuh air, jagung, kedelai, lahan pasang surut, pola tanam sisipAbstract
Pola tanam sisip (PTS) adalah metode tanam ganda dengan pengaturan waktu tanam dan panen, tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama mencapai tahap reproduksi tetapi sebelum siap untuk dipanen. Budidaya jenuh air (BJA) merupakan sistem penanaman jagung dan kedelai dengan memberikan irigasi terus-menerus dan membuat tinggi muka air tetap, sehingga lapisan di bawah permukaan tanah jenuh air. Sistem ini memberikan solusi dalam pengelolaan air di lahan pasang surut (LPS) karena dapat menghilangkan pengaruh negatif dari kelebihan air pada pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai. Penanaman jagung dan kedelai di LPS lebih dari 75% dilakukan secara monokultur. PTS jagung-kedelai merupakan pilihan strategis untuk menambah luas tanam dan produktivitas kedua komoditas tersebut secara berkelanjutan di LPS. Tulisan ini membahas potensi manfaat lahan pasang surut, penerapan BJA pada jagung-kedelai, varietas jagung-kedelai adaptif lahan pasang surut, manfaat PTS jagung-kedelai, tantangan pengembangan PTS jagung-kedelai dan perspektif kebijakan pengembangan PTS jagung-kedelai dalam konteks produktivitas tanaman berkelanjutan di LPS. Tantangan pengembangan pola ini antara lain meningkatkan peran pemerintah, penyuluh, menyederhanakan birokrasi administrasi, dan mendapatkan komitmen yang kuat dari pimpinan eksekutif dan legislatif di daerah secara menyeluruh dan konsisten yang didukung oleh lembaga penelitian, penyuluh pertanian, dan lembaga keuangan daerah. Perspektif kebijakan pemerintah diperlukan untuk mendukung dan penyangga harga jagung dan dan kedelai di tingkat usahatani melalui penguatan kelembagaan ekonomi seperti lembaga pengolahan hasil, penyimpanan, dan pemasaran. Selain itu diperlukan dukungan bimbingan teknis, pendampingan manajemen usahatani jagung dan kedelai serta diseminasi teknologi untuk mempercepat adopsi dan tingkat adaptasi teknologi di tingkat petani sehingga mempermudah petani dalam melaksanakan sistem usahataninya.