STRATEGY FORMULATION OF FARMERS CAPACITY BUILDING THROUGH TECHNOLOGICAL INNOVATION IN DISADVANTAGED REGIONS OF INDONESIA
Keywords:
capacity building, daerah tertinggal, disadvantaged areas, farmers, peningkatan kapasitas, petani, SWOTAbstract
Indonesian
Permasalahan utama daerah tertinggal adalah kemiskinan. Oleh karena sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup pada pertanian, maka strategi yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah tertinggal ialah memacu peningkatan produktivitas pertanian melalui inovasi teknologi. Penelitian ini bertujuan merumuskan strategi peningkatan kapasitas petani melalui inovasi teknologi untuk mengakselerasi pembangunan pertanian di daerah tertinggal. Penelitian dilakukan dengan metode analisis SWOT berdasarkan data primer yang dikumpulkan melalui survei di Provinsi Jawa Barat, Bengkulu, dan Kalimantan Selatan pada tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi melaksanakan gerakan inovasi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) secara berkelanjutan merupakan prioritas pertama di tiga provinsi contoh. Prioritas berikutnya adalah meningkatkan fasilitas penyuluh disertai sanksi pelanggaran disiplin, menyediakan bimbingan teknis melalui sekolah lapang PTT, melaksanakan program percontohan usaha tani (demfarm) di tiap desa, menyediakan skim kredit lunak, menegakkan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan meningkatkan partisipasi petani dalam pembangunan pertanian. Implikasinya bahwa harus ada upaya khusus untuk mempertahankan penerapan teknologi PTT yang didukung oleh kredit lunak dengan prosedur sederhana, penerapan HPP secara konsisten, dan bimbingan teknis melalui program demfarm.
English
The main problem of disadvantaged areas is poverty. Since most are dependent on agriculture, then the most appropriate strategy for increasing the population welfare in disadvantaged areas is by increasing agriculture productivity through technological innovation. This study aimed to formulate strategies to improve farmers’ capacity through technological innovation to accelerate agricultural development. The analysis was conducted using the SWOT method based on primary data collected through surveys in West Java, Bengkulu, and South Kalimantan provinces in 2015. The results showed that strategy to pursue sustainable movement of the Integrated Crop Management (ICM) technology was the first priority in these three provinces. Other priorities were to improve extension workers’ facilities, provide technical guidance through ICM field school, conduct farm demonstration (demfarm) program in each village, provide soft loan schemes, enforce the Government Purchasing Price (GPP) policy, and increase farmer participation in agricultural development. Consequently, there should be a special effort to maintain ICM technology application, supported by a simple procedure of formal loan, consistent implementation of GPP, and technical guidance through the demfarm program.
References
Agustin A. 2012. Percepatan pembangunan daerah tertinggal [Internet]. [cited 2017 Jan 21]. Available from http://andariagustin.blogspot.com/2012/08/percepatan-pembangunan-daerah-tertinggal.html.
Aminah S. 2015. Pengembangan kapasitas petani kecil lahan kering untuk mewujudkan ketahanan pangan. J Bina Praja. 7(3):197–210.
Anantanyu S. 2011. Kelembagaan petani: peran dan strategi pengembangan kapasitasnya. SEPA. 7(2):102–109.
Anantanyu S. 2008. Tipe petani dan strategi pengembangan kelembagaan kelompok tani (kasus di Provinsi Jawa Tengah). J M'Power. 8(8):34−48.
Andri KB. 2014. Profil dan karakteristik sosial ekonomi petani tanaman pangan di Bojonegoro. Agriekonomika. 3(2):167–179.
Basrowi, Siti J. 2010. Analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. J Ekon Pendidik. 7(1):58–81.
Beaulieu L, Cordes S. 2014. Extension community development: building strong, vibrant communities. J Ext. 52(5):8.
Faridhavin U, Witjaksono R, Harsoyo. 2016. Persepsi pendamping terhadap pelaksanaan UPSUS Pajale di daerah istimewa. Agro Ekon. 27(2):197–241.
[Kemendesa] Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. 2005. Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang strategi nasional pembangunan daerah tertinggal. Jakarta (ID): Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Muchtar, Sutaat, Achmadi, Suhendi A, Suyanto. 2011. Masyarakat desa tertinggal: kebutuhan, permasalahan, aset, dan konsep model pemberdayaannya (studi di Desa Jambu, Engkangin, Sendangmulyo dan Mlatirejo). J Penelit Pengemb Kesejaht Sos. 26(1):1−18.
Pratama A, Mustam M, Djumiarti T. 2014. Pengembangan kapasitas kelembagaan dalam koordinasi pelayanan perizinan di BPPT Kota Semarang. J Pub Pol Manag Rev. 3(1):1–11.
Putri ORA, Santosa E. 2012. Pengembangan daerah tertinggal (underdeveloped region) di Kabupaten Sampang. J Tek Pomits. 1(1):1–5.
Rauch P. 2007. SWOT analysis and SWOT strategy formulation for forest owner cooperation in Austria. Eur J For Res. 126:413−420
Ruhimat I. 2017. Peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok tani dalam pengembangan usahatani agroforestry: studi kasus di Desa Cukangkawung, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. J Penelit Sos Ekon Kehut. 14(1):1–17.
Susanto D. 2010. Strategi peningkatan kapasitas modal sosial dan kualitas sumberdaya manusia pendamping pengembangan masyarakat. J Komun Pembang. 8(1):77−89.
Suseno D, Suyatna H. 2007. Mewujudkan kebijakan pertanian yang pro-petani. J Ilmu Sos Polit. 10(3):267–294. DOI: doi.org/10.22146/JSP.11008
Swastika DKS. 2014. Reformasi paradigma urbanisasi: strategi percepatan pengentasan kemiskinan di perdesaan. Dalam: Haryono, Pasandaran E, Rachmat M, Mardianto S, Sumedi, Salim HP, Hendriadi A, editors. Reformasi kebijakan Menuju Transformasi Pembangunan Pertanian Jangka Panjang. Jakarta (ID): IAARD Press.
Swastika DKS. 2012. Teknologi panen dan pascapanen padi: kendala adopsi dan kebijakan strategi pe-ngembangan. Anal Kebijak Pertan. 10(4):331–346.
Syahza A, Suarman. 2013. Upaya pengembangan daerah tertinggal dalam upaya percepatan pem-bangunan ekonomi pedesaan. J Ekon Pembang. 14(1):126-139. DOI: doi.org/10.23917/jep.v14i1.166
Viengxay P, Millar J, Race D. 2009. Evaluating capacity building methods to strengthen livestock extension outcomes in Laos. Ext Farm Sys J. 5(2):91–100.
Wastika CY, Hariadi SS, Subejo S. 2014. Peran kelompok tani dalam penerapan SRI (System of rice intensification) di Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Agro Ekon. 25(1):84–93. DOI: doi.org/10.22146/agroekonomi.17385
Yunita Y, Sugihen BG, Asngari PS, Susanto D, Amanah S. 2012. Strategi peningkatan kapasitas rumah tangga petani padi sawah lebak menuju ketahanan pangan rumah tangga (Kasus di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan). J Penyul. 8(1):42–54.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Jurnal Agro Ekonomi
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.