KENDALA ADOPSI BENIH BERSERTIFIKAT UNTUK USAHATANI KENTANG

Authors

  • Bambang Sayaka Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
  • Juni Hestina Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Keywords:

adoption, potato, certified seed, informal seed system, adopsi, kentang, benih bersertifikat, sistem benih informal

Abstract

Most potato farmers in Indonesia do not adopt certified potato seed. Relatively expensive price of certified seed is the main reason the farmers apply the seed produced by themselves. In general, prices of potato produced using certified seed and those produced using uncertified seed are relatively equal. The farmers who regularly apply certified seed are those having partnership with the potato processor. High risk of potato seed production discourages the certified seed producers to produce it in sufficient amount for market supply. Less cost of certified seed production and improved potato selling price will enhance farmers’ adoption of certified seed. The government needs to empower the farmers to produce quality seed by themselves through informal seed system development rather than they have to depend on commercial certified-seed produced by the formal seed industry.

References

Adiyoga, W., R. Suherman, A. Asgar, and Irfansyah. 1999. The Potato System in West Java, Indonesia: Production, Marketing, Processing, and Consumer Preferences for Potato Products. Research Institute for Vegetables, Lembang, Indonesia and International Potato Center, Lima, Peru. 48 pp.

Agritekno Primaneka. 2011. Benih Kentang Hibrida TPS, Bejo Seeds. http://agritekno.tripod. com/bejo_seeds.htm

Antara. 2006. Stok Benih Sayuran Menurun. 13 Oktober 2006. http://www.agrina-online. com/show_article.php?rid=10&aid=386

Azis, M. 2009. Geliat Petani Kentang Bantaeng. www.beritalingkungan.com/berita/2009-09/ kentangbantaeng/+penelitian+bibit+kentang&cd=22&hl=id&ct=clnk&gl=id

Bachrein, S. 2004. Pengkajian Keragaan Usahatani dan Sistem Distribusi Bibit Kentang di Jawa Barat. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 7, No. 2, Juli 2004 : 125-138.

Badan Benih Nasional. 2004. Strategi Umum Pembangunan Perbenihan Nasional. Departemen Pertanian. Jakarta. 40 hal.

Baharuddin. 2009. Teknologi Aeroponik: Prospek-nya dalam Menunjang Sistem Produksi Benih Kentang Sehat dan Bermutu. Fakul-tas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Power Point. 36 hal.

Cromwell, E. E., Friis-Hansen, and M. Turner. 1992. The Seed Sector in Developing Countries: A Framework for Performance Analysis. Overseas Development Institute. London.

Cromwell, E., S. Wiggins, and S. Wentzel. 1993. Sowing Beyond the State, NGOs and Seed Supply in Developing Countries. Overseas Development Institute. London.

Departemen Pertanian. 2006. Arah dan Strategi Sistem Perbenihan Tanaman Nasional. Jakarta. 53 hal.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Upaya Perbaikan Industri Benih Hortikultura untuk Mengurangi Impor Benih serta Pengem-bangan Sentra Produksi Hortikultura. Bahan Rapim April 2008. Jakarta.

Douglas, J.E. 1980. Successful Seed Programs. Westview. International Agricultural Deve-lopment Series. Colorado.

Gildemacher, P., P. Demo, P. Kinyae, M. Nyogesa, dan P. Mundia. 2007. Memilih Tanaman Terbaik untuk Memperbaiki Benih Kentang. Majalah Salam, 20 September 2007:16-18.

Hidayah, Bq.N. 2010. Peningkatan Kapasitas Petani Untuk Menjadi Penangkar Benih Kentang di Kawasan Sembalun – Lombok. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.

Ilyas, S. Teknologi Produksi Benih Sayuran. Materi mata kuliah Tanaman Sayuran, Mayor Agronomi dan Hortikultura, IPB, semester genap 2008/2009. Bagian Ilmu & Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB (Institut Pertanian Bogor). http://vegetable2009.files.wordpress.com/2009/05/teknol-prod-benih-sayuran-satriyas-2009.

Pemkab Enrekang. 2008. Enrekang Siap Jadi Pemasok Bibit Kentang. www.enrekangkab.go.id/index.php?option=com

Pemprov Jatim. 2009. Kentang Pasuruan Per-silangan Lokal, Jerman dan Belanda. www.d-infokom-jatim.go.id/news_pot.php?id=7&t=316 6 Januari 2009.

Pitojo, S. 2004. Benih Kentang. Kanisius, Yogyakarta. 133 hal.

Priyanto, A. 2006. Strategi Pengembangan Penangkaran Bibit Kentang G-3 Berasal dari G-2 Pada PT AAL di Jawa Tengah. Master Thesis dari MB-IPB. Bogor (Abstract).

Ramdiani, D. 2007. Perancangan Pengukuran Kinerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Benih Kentang (BPBK) dengan Pendekatan Balanced Score Card. Ringkasan Ekse-kutif. Manajemen dan Bisnis Institut Per-tanian Bogor.

Rasmikayati, E dan I. Nurasiyah. 2004. The Competitiveness and Efficiency of Potato Farming in Pangalengan. Research Institute of Padjadjaran University. Bandung. 20 Hal.

Ridwan, H.K., Nurmalinda, Sabari, dan Y. Hilman. 2010. Analisis Finansial Penggunaan Benih Kentang G4 Bersertifikat dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani Petani Kentang. J. Hort. 20(2):196-206.

Satjadipura, S dan A.A. Ashandi.1989. Produksi Kentang Melalui Biji Botani. dalam A.A. Asandhi, S. Sastrosiswojo, Suhardi, Z. Abidin. dan Subhan (eds.) Kentang. Balai Penelitian Hortikultura. Lembang, hal. 85- 95 (Abstrak).

Soegihartono. 2005. Kajian Kepuasan Petani Dalam Penggunaan Benih Kentang Tidak Bersertifikat di Kota Batu Propinsi Jawa Timur. Master Theses from MBIPB. Bogor (Abstrak).

Sumarno. 2003. Pengetatan Izin Impor Benih Demi Masa Depan Agroindustri. Upload by bappenas.go.id. Agustus 2008.

Suwarno, W.B. 2000. Sistem Perbenihan Kentang di Indonesia. www.situshijau.co.id. 21 hal.

Zairin, M., Mashur, Sudarto , Prisdiminggo dan Noor Inggah. 2004. Pengkajian Adaptasi Teknologi Pembibitan Kentang pada Dataran Tinggi Sembalun di Lombok Timur NTB. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB.

Downloads

Published

2024-03-07

How to Cite

Sayaka , B., & Hestina, J. (2024). KENDALA ADOPSI BENIH BERSERTIFIKAT UNTUK USAHATANI KENTANG . Forum Penelitian Agro Ekonomi, 29(1), 27–41. Retrieved from https://epublikasi.pertanian.go.id/berkala/fae/article/view/3518